“Booming” Apartemen di Makassar Tinggal Tunggu Waktu

JAKARTA, KOMPAS.com - Booming apartemen di Makassar tinggal menunggu waktu. Di tengah belum pulihnya perekonomi Indonesia, para investor lebih selektif menanamkan investasinya di kota itu.”Sekarang ini permintaan apartemen dalam posisi merangkak naik, tapi di sisi lain penawarannya masih sangat terbatas,” ujar Tirta Setiawan, praktisi pemasaran properti,Minggu (6/3/2016).Mantan Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) itu mengatakan orang yang sudah membeli unit apartemen saat ini akan memanen hasilnya dua tahun mendatang, yaitu di saat apartemen sudah beroperasi.
Di tengah kesibukan orang berbisnis, akomodasi paling favorit adalah apartemen. Fenomenabooming apartemen tersebut sudah dialami beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung.”Buktinya pasar apartemen mulai tumbuh. Kita lihat Vida View Apartment, St Morizt, dan Royal Apartment,” ujar Tirta. Apartemen Vida View yang dibangun Ciputra Group, misalnya, penjualannya hingga saat ini masih bagus, selain kemajuan pembangunannya pun terlihat. Ciputra sukses menjual habis Tower Asthon, yaitu sebanyak 760  unit dalam waktu satu setengah tahun. ”Sementara Tower Brentsville sudah terjual 40 persen dari total 691 unit,” ujarnya. Yang menarik, lanjut Tirta, ketiga apartemen itu berada di kawasancentral business district (CBD) Makassar.

Meski tidak tergolong murah, apartemen-apartemen itu tetapi diminati. Apartemen Royal misalnya, mematok harga di kisar Rp 16 juta per meter persegi, sementara Vida View sudah senilai Rp18 juta per m2.  Naik 26 persenPertumbuhan ekonomi Makassar tergolong tinggi dibandingkan provinsi lainnya, yakni di atas tujuh persen. Hal itu mengindikasikan masih banyaknya uang beredar di kota tersebut.”Pengusaha dan investor yang bisnisnya tumbuh positif dan punya dana simpanan cukup besar akan mencari lahan investasi yang subur agar dananya cepat berkembang.

Salah satu instrumen investasi yang menguntungkan dan aman saat ini adalah apartemen,” kata Tirta.Menurut Tirta, jenis investasi konvensial seperti deposito, saham, dan danareksa saat ini dianggap kurang menarik dan berisiko, terutama bila investor tidak punya skil memadai. Hal itu sangat berbeda dengan properti (apartemen) yang nilainya tidak pernah turun.

“Faktanya, dalam dua tahun terakhir ini pertumbuhan bisnis properti di Makasar cukup tinggi, yaitu sekitar 10 hingga 15 persen per tahunnya. Sementara di kota-kota lain, dalam kondisi perekonomian nasional yang belum putih cenderung melambat, bahkan ada yang stagnan,” kata Tirta.

Sementara itu, menurut Project Manager Vida View Apartments, Satrio Sujatmiko, dirinya optimistis di tahun ini penjualan apartemen di Makassar akan lebih baik dibanding 2015 lalu. Dia menargetkan Tower Brentsville bisa sold out tahun ini.

“Awal tahun ini saja target penjualan bulanan sudah tercapai. Orang yang punya duit di Makassar masih banyak, dan mau berinvestasi lewat apartemen,” kata Satrio.

Satrio menambahkan, kenaikan harga unit apartemen di proyeknya cukup tinggi. Awal dipasarkan pada 2014 lalu harga unit 1 bedroom di Tower Brentsville hanya Rp 343 juta. Sekarang harga per unit untuk tipe tersebut sudah menyentuh Rp 462 juta.

“Kenaikan sekitar 26 persen. Kalau disewakan, untuk apartemen di daerah Boulevard Panakukang rata-rata per bulannya Rp 8 juta per bulan. Dibanding dengan hotel, apartemen lebih murah, efisien, aman dan nyaman karena fasilitasnya lengkap. Disewakan kepada ekspatriat atau karyawan-karyawan perusahaan juga menarik sebagai investasi,” katanya.

Penulis : Latief
Editor : Latief